Pergantian tahun merupakan sebuah momentum yang seharusnya mampu mengetuk nurani setiap manusia muslim. Mengapa? Pergantian tahun menjadi sinyal bahwa usia kita semakin bertambah, bertambah berarti semakin mendekati kematian. Tentang hal ini, Al Quran Al Kariem menjelaskan.
Dan Katakanlah kepada orang-orang yang tidak beriman: “Berbuatlah menurut kemampuanmu; Sesungguhnya Kami-pun berbuat (pula). Dan tunggulah (akibat perbuatanmu); Sesungguhnya kami pun menunggu (pula).” (QS.11 Hud: 121-122)
Dalam suatu hadits, disebutkan: Dari Fadhalah bin Ubaid, sesungguhnya Rasulullah saw bersabda pada Haji Wada: “Tidak maukah kamu kuberitahu siapakah orang Islam itu? Dia adalah (apabila) orang-orang Islam (MUSLIM) selamat dari lisannya dan perbuatannya. Dan orang MU’MIN itu ialah (apabila) harta dan jiwa manusia aman darinya. Dan orang yang hijrah (MUHAJIR) ialah orang yang meninggalkan kesalahan dan dosa. Sedangkan MUJAHID itu ialah orang yang mengalahkan nafsunya dalam (mewujudkan) taat pada Allah ’Azza Wa Jalla.” (HR. Ahmad)
Dalam kalender Hijriyah terdapat empat bulan haram, yakni Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab. disebut haram karena keempat bulan itu sangat dihormati dan ummat Islam dilarang berperang di dalamnya.
Muharram yang berarti diharamkan atau yang sangat dihormati, memang merupakan bulan gencatan senjata atau bulan perdamaian. hal ini menunjukkan bahwa umat Islam di manapun harus selalu bersikap damai, tidak boleh berperang kecuali jika diperangi terlebih dahulu.
Seyogyanya, umat Islam menghormati dan memaknai Muharram dengan spirit penuh perdamaian dan kerukunan. sebab, Nabi Muhammad saw pada khutbah haji wada’ -yang juga di bulan haram- mewanti-wanti ummatnya agar tidak saling bermusuhan, bertindak kekerasan, atau berperang satu sama lain.
Esensi dari spirit Muharram adalah pengendalian diri demi terciptanya kedamaian dan ketentraman hidup, baik fisik, sosial, maupun spiritual. karena itu, di bulan Muharram Nabi Muhammad saw menganjurkan ummatnya untuk berpuasa sunnah Asysyuro ( puasa pada hari kesepuluh di bulan Muharram).
Dari Abu Hurairah , Nabi Muhammad saw bersabda,” puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah puasa di bulan Muharram. dan shalat yang paling utama adalah shalat malam.”(HR.Muslim).
Ibnu Abbas berkata,” Aku tak melihat Rasulullah saw mengintensifkan puasanya selain Ramadhan, kecuali puasa Asysyuro.” (HR.Bukhori). dalam hadits lain yang diriwayatkan dari Abi Qatadah, Nabi saw bersabda,”Puasa Asysyuro itu dapat menghapus dosa tahun sebelumnya.”(HR.Muslim).
Melalui puasa sunnah itulah, ummat Islam dilatih dan dibiasakan untuk dapat menahan diri agar tidak mudah dijajah oleh hawa nafsu, termasuk nafsu dendam dan amarah sehingga perdamaian dan ketentraman hidup dapat diwujudkan di Indonesia
Monday, December 6, 2010
Subscribe to:
Posts (Atom)